Bill Gates Blak-blakan Tanda Kiamat, Tunjuk Indonesia
Bill Gates Blak-blakan Tanda Kiamat Pendiri Microsoft sekalian filantropis berpengalaman, Bill Gates mengutarakan beberapa faktor yang mengubah cuaca makin kronis. Salah satunya faktor penggerak peralihan cuaca itu banyak dibuat di Indonesia.
Dalam tulisan di website pribadinya, Bill Gates menjelaskan tiap tahun kegiatan di Bumi hasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca. Sekitar 7% asal dari produksi lemak atau minyak hewan dan tumbuhan.
“Untuk melawan peralihan cuaca, kita harus mengganti angka itu ke 0,” katanya, d ikutip dari website pribadinya, Sabtu, (17/8/2024).
Gates mengetahui gagasan untuk hilangkan konsumsi lemak hewan untuk manusia nyaris tidak mungkin. Masalahnya manusia telah bergantung dengan lemak hewan semenjak masa silam.
Lemak hewan simpan gizi dan kalori yang di perlukan manusia. Tetapi, ada langkah yang dapat di laksanakan untuk ambil lemak tanpa menghasilkan emisi, menganiaya hewan, dan hasilkan zat kimia beresiko.
Jalan keluarnya, kata Gates, telah di ketemukan oleh startup namanya ‘Savor’. Gates ikut menjadi satu di antara investornya.
Savor membuat lemak dari sebuah proses yang mengikutsertakan karbondioksida dari udara dan hidrogen dari air. Senyawa itu lantas di panaskan dan dioksidasi hingga terjadi pembagian elemen asam yang membuat formula lemak.
Gates mengeklaim lemak yang di buat mempunyai molekul sama yang di ketemukan dari susu, keju, sapi, dan minyak nabati.
Selainnya produksi lemak hewan yang menghancurkan lingkungan, Gates menyorot faktor yang membuat imbas semakin lebih besar yaitu minyak sawit.
“Sekarang ini, minyak sawit ialah lemak nabati yang terbanyak di makan di penjuru dunia,” katanya.
Gates menjelaskan lemak nabati di ketemukan hampir di seluruh keperluan setiap hari, seperti kue, mie instant, cream kopi, makanan beku, sampai make up, sabun tubuh, pasta gigi, detergent, deodoran, makanan kucing, dan formulasi bayi. Bahkan juga, minyak sawit di pakai untuk biofuel dan mesin diesel.
Isu-isu yang Ditekankan Gates
Dalam wawancaranya, Gates menyoroti beberapa isu utama yang menurutnya merupakan indikasi tanda-tanda kiamat. Berikut adalah beberapa masalah yang disorot:
1. Krisis Lingkungan dan Perubahan Iklim
Gates menganggap perubahan iklim sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap masa depan planet ini. Indonesia, sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, menghadapi tantangan serius terkait deforestasi dan perubahan iklim. Hutan-hutan yang mengalami penebangan ilegal serta kebakaran hutan yang sering terjadi, menurut Gates, berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dan kerusakan ekosistem yang dapat memiliki dampak jangka panjang yang merusak.
Gates juga mencatat bahwa kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global menjadi ancaman signifikan bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Dengan banyaknya wilayah pesisir dan pulau-pulau yang rendah, Indonesia berisiko mengalami bencana besar jika tidak ada tindakan serius untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca juga : Petani Jawa Lagi Gali Sawah Temukan Harta Karun Emas 16 Kg
2. Krisis Kesehatan
Selain perubahan iklim, Gates menyoroti krisis kesehatan sebagai masalah mendesak. Meskipun Indonesia telah membuat kemajuan dalam mengatasi berbagai penyakit menular, masih ada tantangan besar terkait sistem kesehatan yang harus dihadapi. Penyakit seperti demam berdarah, tuberkulosis, dan malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa wilayah. Gates juga mencatat kekhawatiran mengenai potensi pandemi di masa depan yang dapat lebih parah jika sistem kesehatan tidak siap.
Pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa rentannya sistem kesehatan global terhadap krisis kesehatan. Gates memperingatkan bahwa negara-negara dengan sistem kesehatan yang kurang berkembang, seperti Indonesia, mungkin lebih rentan terhadap ancaman kesehatan global di masa depan.
3. Ketidakstabilan Sosial dan Ekonomi
Gates juga menyoroti ketidakstabilan sosial dan ekonomi sebagai tanda-tanda potensial dari krisis besar. Indonesia, dengan populasi yang besar dan beragam, menghadapi tantangan dalam hal ketimpangan sosial, kemiskinan, dan ketidakstabilan politik. Ketidaksetaraan ekonomi dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi stabilitas negara secara keseluruhan.
Krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi COVID-19 dan dampaknya terhadap sektor-sektor penting seperti pariwisata dan industri, menurut Gates, menambah kompleksitas situasi sosial dan ekonomi di Indonesia.